Kamis, 30 Juni 2011

Kudis

KUDIS (SCABIES)

Puluhan anak di perkampungan tradisional Senaru, Desa Senaru, Bayan Kabupaten Lombok Utara terserang penyakit kulit (Lombok Post, 30 April 2011). Penyakit tersebut dikenal masyarakat dengan nama Koreng atau Kudis. Sebaran di kulit semakin meluas dan jumlah penderitanya pun bertambah banyak dari waktu ke waktu.
Penyakit kulit ini sudah berlangsung selama empat bulan hingga dimuat media massa. Bukan hanya kali ini saja penyakit ini muncul di Senaru. Koreng ternyata seringkali menjangkiti. Bahkan menyerang perkampungan tradisional lainnya, yaitu Desa Loloan Kecamatan Bayan.
Koreng atau kudis adalah salah stu jenis penyakit kulit yang sering ditemukan di tengah masyarakat. Kudis pada awalnya muncul pada kulit tangan atau kaki. Kemudian menjalar ke wilayah kemaluan.
Kulit sebagai jaringan terluar tubuh berperan penting memproteksi tubuh dari bahaya kondisi lingkungan. Letaknya yang berada paling luar dari tubuh kita, kulit rentan terpapar oleh berbagai macam kondisi yang tak menguntung, baik bagi kulit sendiri maupun bagi tubuh secara keseluruhan.
Luas permukaan kulit manusia sekitar 1,5 sampai dengan 2 meter persegi dan dengan ketebalan 1 sampai dengan 4 milimiter, sesuai dengan letaknya.
Berikut adalah gambar penampang kulit normal.

Secara umum, kulit dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan (hypodermis). Ketiga lapisan ini memiliki anatomi dan fisiologis berbeda-beda. Lapisan epidermis sebagai lapisan terluar terdiri atas tiga macam sel yang sensitive dan resisten. Sel-sel pada lapisan epidermis kulit adalah keratonosit, melanosit, dan sel-sel Langerhans. Lapisan ini kedap air, tidak memiliki pembuluh darah, namun limfe bersirkulasi dalam ruang interselular.
Sedangkan lapisan dermis dipenuhi jaringan fibrosa dan kolagen. Dapat diidentifikasi 2 lapisan : yang pertama mengandung akhiran saraf sensorik, pembuluh darah dan limfatika ; yang kedua mengandung serat kolagen, serat elastik, glandula sebasea, glandula sudorifera, folikel rambut dan muskulus arrektor pilli.Sementara lapisan subkutan yang merupakan zona transisional antara kulit dan jaringan adipose di bawahnya, berisi jaringan lemak yang resisten terhadap rangsangan temperature, nyeri, gatal, dan rabaan ringan.
Anatomi Penyakit
Kudis atau yang juga dikenal dengan Scabies disebabkan oleh Sarcoptes scabei. Sarcoptes scabei adalah tungau berbentuk hampir bulat dan berkaki 8. Tungau ini hidup di lapisan epidermis. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Daur hidup tungau ini dari telur hingga menjadi dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 17 hari.
Sarang tungau ini banyak ditemukan pada lipatan antara jari-jari pada tangan atau kaki, pada genitalia, dan juga muka bayi. Tempat-tempat ini biasanya didapati sebagai lokasi awal kemunculan Scabies.
Pertama-tama, penderita kudis akan mengalami gatal-gatal kemerahan pada lokasi-lokasi tersebut. Ini akibat Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu. Garukan yang menyebabkan pendarahan akan mempermudah pemencaran tungau ke bagian kulit yang lain atau tertular ke orang lain lewat kontak langsung atau tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah digunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau Sarcoptes-nya. Kemudian akan muncul tonjolan atau bisul bernanah.

Pencegahan dan Pengobatan
Penyebab Scabies adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama, seperti pada permukiman tradisional di Bayan.
Tidak ada vaksin untuk kudis sehingga pencegahan harus dilakukan melalui menghindari infeksi. Seluruh pihak yang berada dekat dengan penderita perlu diobati pada waktu bersamaan, walaupun belum ada gejala. Pakaian, handuk, seprai dan barang-barang yang bersentuhan dengan kulit sebaiknya dicuci dan disetrika untuk mencegah penularan.
Sementara pengobatan scabies dapat dilakukan dengan mandi shower dengan air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl Trichloroetan). Pengobatan lain adalah dengan mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organik maupun non organik pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan didiamkan selama 10 jam.
Alternatif lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi kering. Pengobatan scabies harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang scabies agar tidak tertular kembali penyakit scabies.

RESPIRASI


RUMUS KECEPATAN DIFUSI, RUMUS KOFESIEN DIFUSI GAS, DAN
MEKANISME RESPIRASI

Prinsip dan formula terjadinya difusi gas melalui membrana respirasi sama dengan difusi gas melalui air dan berbagai jaringan. Jadi, faktor yang menentukan betapa cepat suatu gas melalui membrana tersebut adalah : 1). ketebalan membrana, 2).luas permukaan membrana, 3).koefisien difusi gas dalam substansi membrana, dan 4). perbedaan tekanan antara kedua sisi membrana.
Sering terjadi kecepatan difusi melalui membrana tidak proporsional terhadap ketebalan membrana sehingga setiap faktor yang meningkatkan ketebalan melebihi 2 – 3 kali dibandingkan dengan yang normal dapat mempengaruhi secara sangat nyata pertukaran gas pernafasan normal. Khusus pada olahragawan, luas permukaan membrana respirasi sangat mempengaruhi prestasi dalam pertandingan maupun latihan. Luas permukaan paru-paru yang berkurang dapat berpengaruh serius terhadap pertukaran gas pernafasan. Dalam hal koefisien difusi masing-masing gas kaitannya dengan perbedaan tekanan ternyata CO2 berdifusi melalui membrana kira-kira 20 kali lebih cepat dari O2, dan O2 dua kali lebih cepat dari N2. Dalam hal perbedaan tekanan gas, tekanan gas parsial menyebabkan gas mengalir melalui membrana respirasi. Dengan demikian, bila tekanan parsial suatu gas dalam alveoli lebih besar dibandingkan dengan tekanan gas dalam darah seperti halnya O2 , difusi terjadi dari alveoli ke arah dalam, tetapi bila tekanan gas dalam darah lebih besar dibandingkan dengan dalam alveoli seperti halnya CO2 maka difusi terjadi dari darah ke dalam alveoli.

1.      RUMUS KECEPATAN DIFUSI PERSATUAN WAKTU (M/detik) adalah sebagai berikut:

Keterangan:
A = Luas permukaan difusi                a1 – a2 = perbedaan kadar gas antar dua sisi membran
X = Jarak difusi
D = Koefesien difusi

Agar harga M/detik menjadi besar, maka A harus besar dan X harus kecil.

2.      RUMUS KOEFESIEN DIFUSI, yang didefinisikan sebagai jumlah gas yang menembus melintasi membrane per menit per mm perbedaan tekanan gas antara 2 sisi dari membrane.

            Keterangan:
Dk   = Koefesien difusi untuk O2 (ml/menit/mmHg)
Vo2 = Jumlah O2 yang berdifusi ke darah kapiler paru-paru per menit (ml/menit)
P1   = Tekanan parsial O2 di udara alveolus
P2  = Tekanan parsial O2 di darah kapiler paru-paru

3.      MEKANISME RESPIRASI PADA HEWAN VERTEBRATA
a.      Ikan
                       
Ikan bernapas pada insang yang terdapat di sisi kanan dan kiri kepala (kecuali ikan Dipnoi yang bernapas dengan paru-paru). Selain berfungsi sebagai alat pernapasan, insang juga berfungsi sebagai alat ekskresi dan transportasi garam-garam. Oksigen dalam air akan berdifusi ke dalam sel-sel insang. Darah di dalam pembuluh darah pada insang mengikat oksigen dan membawanya beredar ke seluruh jaringan tubuh, darah akan melepaskan dan mengikat karbondioksida serta membawanya ke insang. Dari insang, karbondioksida keluar dari tubuh ke air secara difusi.

Insang (branchia) akan tersusun atas bagian-bagian berikut ini:

a. Tutup insang (operculum). Hanya terdapat pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada  ikan bertulang rawan, tidak terdapat tutup insang. Operculum berfungsi melindungi bagian kepala dan mengatur mekanisme aliran air sewaktu bernapas,

b. Membrane brankiostega (selaput tipis di tepi operculum), berfungsi sebagai katup pada waktu air masuk ke dalam rongga mulut,

c. Lengkung insang (arkus brankialis), sebagai tempat melekatnya tulang tapis insang dan daun insang, mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf,

d. Tulang tapis insang, berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya organisme makanan melalui celah insang,

e. Daun insang, berfungsi dalam sistem pernapasan dan peredaran darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2,

f. Lembaran (filamen) insang (holobranchialis) berwarna kemerahan,

g. Saringan insang (tapis insang) berfungsi untuk menjaga agar tidak ada benda asing yang masuk ke dalam rongga insang.

Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembab. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operculum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operculum.

Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.

Mekanisme pernapasan pada ikan

Mekanisme pernapasan pada ikan diatur oleh mulut dan tutup insang. Pada waktu tutup insang mengembang, membran brankiostega menempel rapat pada tubuh, sehingga air masuk lewat mulut. Sebaliknya jika mulut ditutup, tutup insang mengempis, rongga faring menyempit, dan membran brankiostega melonggar sehingga air keluar melalui celah dari tutup insang. Air dengan oksigen yang larut di dalamnya membasahi filamen insang yang penuh kapiler darah dan karbon dioksida ikut keluar dari tubuh bersama air melalu celah tutup insang. Ikan juga mempuyai gelembung renang yang berfungsi untuk menyimpan oksigen dan membantu gerakan ikan naik turun.
Pada beberapa jenis ikan, misalnya gabus, lele atau gurami, rongga insangnya mempunyai perluasan ke atas yang berupa lipatan-lipatan tidak teratur yang disebut labirin. Rongga labirin berfungsi menyimpan udara sehingga jenis ikan tersebut dapat hidup di air kotor dan kekurangan oksigen.

Selain dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar. Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander.

Hal-hal yang berkaitan dengan sistem pernapasan ialah perairan harus mengandung O2 cukup banyak bila perairan kurang O2, ikan akan menuju ke permukaan, ke tempat pemasukkan air dan menuju tempat air yang berarus. Selain itu daun insang harus dalam keadaan lembab.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan ikan akan O2 antara lain :

1. Ukuran dan umur (standia hidup) : ikan-ikan kecil membutuhkan lebih banyak O2,

2. Aktivitas ikan : yang aktif berenang perlu lebih banyak O2,

3. Jenis kelamin : ikan betina membutuhkan lebih banyak O2.
(Sumber: takeruichida.blogspot.com/.../sistem-respirasi-pada-ikan-dan-burung.html)

b.      Amphibi
Pernapasan pada amphibia terdiri dari pernapasan kulit dan pernapasan paru-paru. Kecuali pada fase berudu, berudu bernafas dengan insang karena hidupnya di air. Pernapasan Kulit Kulit amphibia yang sangat tipis(setebal 5-8 sel), banyak mengandung kelenjar mukosa sehingga selalu basah dan kaya dengan kapiler darah yang merupakan lanjutan dari arteria kutanae. Pernapasan kulit terjadi baik di darat maupun di dalam air. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit paru-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit. Pernapasan paru-paru Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Dalam udara pernapasan pada amphibia adalah sebagai berikut: Tulang hidung luar rongga hidung lubang hidung dalam rongga mulut laring Trakhea bronkhus paru-paru (pulmo).
Sistem Pernafasan Pada Katak
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru – paru. Kecuali pada fase berudu bernafas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernafasan karena tipis dan banyak kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernafas dengan selaput rongga mulut, katak bernafas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karea kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernafasan mudah berifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbondioksida dari jaringan akan dibawa ke jantung, dari jantung di pompa ke kulit dan paru – paru lewat arteri kulit paru – paru (arteri pulmokutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbondioksida dapat terjadi di kulit. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan oto geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru – paru lewat celah – celah. Dalam paru – paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru – apru dan sebaliknya karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot – otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru – paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbondioksida keluar.
Alat Pernapasan pada Katak
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia.
Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.
Katak dalam daur hidupnya mengalami metamorfosis atau perubahan bentuk. Pada waktu muda berupa berudu dan setelah dewasa hidup di darat. Mula-nula berudu bernapas dengan insang luar yang terdapat di bagian belakang kepala. Insang tersebut selalu bergetar yang mengakibatkan air di sekitar insang selalu berganti. Oksigen yang terlarut dalam air berdifusi di dalam pembuluh kapiler darah yang terdapat dalam insang.Setelah beberapa waktu insang luar ini akan berubah menjadi insang dalam dengan cara terbentuknya lipatan kulit dari arah depan ke belakang sehingga menutupi insang luar. Katak dewasa hidup di darat, pernapasannya dengan paru-paru. Selain dengan paru-paru, oksigen dapat berdifusi dalam rongga mulut yaitu melalui selaput rongga mulut dan juga melalui kulit.

c.       Reptile
Reptilia mempunyai kulit bersisik yang kering yang kurang dapat ditembus oleh air, sehingga cairan yang hilang dari badan melalui kulit sedikit. Maka, reptilia tak terbatas hidup di tempat-tempat basah, meskipun sebenarnya banyak yang hidup di tempat-tempat yang demikian. Kadal dan ular terdapat berlimpah di gurun pasir yang merupakan salah satu habitat yang terkering. Sementara, kulit yang bersisik adalah suatu adaptasi untuk hidup aman dalam udara kering, dan tidak berguna sebagi alat pertukaran gas. Untuk fungsi pertukaran gas, reptilia tergantung pada paru-parunya. Tidak hanya paru-parunya yang mempunyai permukaan relatif lebih besar dari pada amphibi, tetapi juga pertukaran gas dalam paru-paru benar-benar efisien.
Secara umum reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Tetapi pada beberapa reptilia, pengambilan oksigen dibantu oleh lapisan kulit disekitar kloaka. Pada reptilia umumnya udara luar masuk melalui lubang hidung, trakea, bronkus, dan akhirnya ke paru-paru. Lubang hidung terdapat di ujung kepala atau moncong. Umumnya reptilia mempunyai trachea yang panjang dimana dindingnya disokong oleh sejumlah cincin cartilago. Udara keluar dan masuk ke dalam paru-paru karena gerakan tulang rusuk. Sistem pernafasan pada reptilia lebih maju dari Amphibi. Laring terletak di ujung anterior trachea. Dinding laring dibentuk oleh tulang rawan kriterokoidea dan tulang rawan krikodea. Trakhea dan bronkhus berbentuk panjang dan dibentuk oleh cincin-cincin tulang rawan. Tempat percabangan trakhea menjadi bronkhus disebut bifurkatio trakhea. Bronkhus masuk ke dalam paru-paru dan tidak bercabang-cabang lagi. Paru-paru reptilia berukuran relatif besar, berjumlah sepasang. Struktur dalamnya berpetak-petak seperti rumah lebah, biasanya bagian anterior lebih banyak berpetak daripada bagian posterior.
Paru-paru dikelilingi oleh rongga dada yang bertulang rusuk. Tulang-tulang rusuk ini dapat secara bergantian merenggang, dan kemudian merapat oleh karena adanya perangkap otot-otot tulang rusuk yang berlawanan. Bila tulang-tulang rusuk merenggang, volume rongga dada akan meningkat. Perluasan ini menimbulkan sebagian paru-paru hampa dan segera terisi oleh karena masuknya udara segar. Udara yang segar tentu membawa persediaan oksigen yang baru bagi jaringan paru-paru yang basah itu. Kontraksi rongga dada kemudian mendesak udara keluar dari paru-paru. Udara yang dihembuskan miskin akan oksigen, tetapi kaya akan karbondioksida yang diterima ketika di dalam paru-paru (Kimball, 1999).
Pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida terjadi di dalam paru-paru. Keluar masuknya udara dari dan keluar paru-paru karena adanya gerakan-gerakan dari tulang rusuk. Paru-paru reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif. Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.
Mekanisme Pernafasan pada reptil adalah sebagai berikut :
• Fase Inspirasi
Tulang rusuk merenggang dan volume rongga dada meningkat, sehingga paru-paru yang kosong akan terisi oleh udara yang banyak mengandung oksigen
• Fase ekspirasi
Tulang rusuk merapat, sehingga udara yang mengandung CO­2 dan uap air akan terdesak keluar dari paru-paru.

d.      Aves
Alat pernapasan pada burung adalah paru-paru. Ukuran paru-paru relativ kecil dibandingkan ukuran tubuh burung. Paru-paru burung terbentuk oleh bronkus primer, bronkus sekunder, dan pembuluh bronkiolus. Bronkus primer berhubungan dengan mesobronkus. Mesobronkus merupakan bronkiolus terbesar. Mesobronkus bercabang menjadi dua set bronkus sekunder arterior dan posterior yang disebut ventrobronkus dan dorsobronkus dihubungkan oleh parobronkus. Paru-paru burung memiliki ±1000 buah parabronkus yang bergaris tengah ±0,5 mm. Paru-paru burung memiliki perluasan yang disebut kantong udara yang mengisi daerah selangka dada atas, dada bawah, daerah perut, daerah tulang humerus dan daerah leher.

Berturut-turut dari luar ke dalam. Susunan alat pernapasan burung adalah sebagai berikut:

a. Lubang hidung,

b. Celah tekak pada dasar faring, berhubungan dengan trakea,

c. Trakea, berupa pipa dengan penebalan tulang rawan berbentuk cincin yang tersusun di sepanjang trakea,

d. Siring (alat suara), terletak di bagian bawah trakea. Dalam siring terdapat otot sternotrakealis yang menghubungkan tulang dada dan trakea, serta berfungsi untuk menimbulkan suara. Selain itu terdapat juga otot siringialis yang menghubungkan siring dengan dinding trakea sebelah dalam. Dalam rongga siring terdapat selaput yang mudah bergetar. Getaran selaput suara tergantung besar kecilnya ruangan siring yang diatur oleh otot sternotrakealis dan otot siringalis,

e. Bifurkasi trakea, yaitu percabangan trakea menjadi dua bronkus kanan dan kiri,

f. Bronkus (cabang trakea) terletak di antara siring dan paru-paru,

g. Paru-paru dengan selaput pembungkus paru-paru yang disebut pleura.

Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.

Mekanisme Pernapasan Pada Burung

Paru-paru burung berhubungan dengan kantong udara melalui perantaraan bronkus rekurens. Selain berfungsi sebagai alat bantu pernapasan saat terbang, kantong udara juga membantu memperbesar ruang siring sehingga dapat memperkeras suara. Kantong udara juga berfungsi mencegah hilangnya panas dengan menyelubungi alat-alat dalam untuk mencegah kedinginan dan mengubah massa jenis tubuh pada burung-burung perenang.

Perubahan massa jenis terjadi dengan cara memperbesar atau memperkecil kantong udara. Kantong udara terdapat pada pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antar tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), rongga perut (saccus abdominalis), ketiak (saccus axillaris).

Jalur pernapasan pada burung berawal di lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink (alat suara yang terletak pada bagian bawah trakea) yang pada bagian dalamnya terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus (di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih).

Parabronkus berupa tabung- tabung kecil. Di parabronkus bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi. Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan, pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien.

Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat udara (O2) di paru-paru berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru. Sebaliknya, ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula, sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar akibatnya udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru dan terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. Jadi, pelepasan oksigen di paru-paru dapat terjadi pada saat ekspirasi maupun inspirasi.

Selain itu, pada waktu burung tidak terbang, pernapasan terjadi karena gerakan tulang dada sehingga tulang-tulang rusuk bergerak ke muka dan ke arah bawah. Akibatnya, rongga dada membesar dan paru-paru akan mengempis sehingga udara dari kantong udara kembali ke paru-paru. Jadi, udara segar mengalir melalui parabronkus pada waktu inspirasi dan ekspirasi sehingga fungsi paru-paru burung lebih efisien daripada paru-paru mamalia. Kecepatan respirasi pada berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot tubuh.


BUDIDAYA PESISIR DAN LAUT

BUDIDAYA PESISIR DAN LAUT

Budidaya laut mempunyai sejarah yang panjang sejak 2.000 tahun sebelum Masehi ketika orang di Jepang memulai pemeliharaan tiram laut (oyster). Dari literatur diketahui, bahwa Cina sudah memelihara ikan di air asin sejak 475 sebelum Masehi dan budidaya tiram laut di Junani sejak 100 tahun sebelum Masehi.
Budidaya rumput laut yang menurut sejarahnya diteliti sejak abad ke 18 pada Ekspedisi Sibolga oleh pemerintah Hindia Belanda (1890-1900), berhasil mengidentifikasi kurang lebih 550 jenis rumput laut di perairan laut Indonesia.Rumput laut merupakan aset ekonomi negara yang dapat dimanfaatkan menjadi sumber pangan dan sumber energi yang dapat diandalkan untuk menghasilkan devisa negara.
Untuk Budidaya rumput laut dilakukan pada saat musim kemarau bukan musim penghujan, hal ini dikarenakan dalam saat pemanenan diperlukan sinar matahari yang optimal pada saat pengeringan.
Mengapa?
Untuk mengurangi penangkapan ikan yang overfishing, dengan melakukan budidaya laut tidak hanya melakukan produksi namun menjaga kelestarian ekosistem laut, dapat menciptakan usaha dan lapangan kerja yang baru, menghasilkan komoditi ekspor dalam rangka meningkatkan devisa negara. Selain itu untuk mengefisienkan dan mengefektifkan
Pengertian:
Budidaya laut merupakan upaya rekaya lingkungan perairan untuk menghasilkan suatu komoditas atau bisa didefinisikan  sebagai upaya pengembangan potensi dari sumber daya alam dalam area terbatas baik itu terbuka ataupun tertutup
Jenis – jenis :
Jenis-jenis teknik budidaya yaitu bagan tancap, tambak, rakit gantung
Proses Kegiatan
•    Pre-Budidaya
1. SDM
Ini adalah hal terpenting yang harus dipikirkan apabila kita ingin melakukan suatu kegiatan budidaya laut ini, karena tanpa sumber daya manusia yang ada mustahil kita bisa melakukan budidaya. Biasanya SDM yang kita manfaatkan adalah warga sekitar lokasi budidaya berada yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi mereka. Dalam hal ini SDM yang di perlukan untuk budidaya rumput laut sekitar 10 orang untuk manajemen, 10 orang untuk urusan teknis dalam budidaya, dan 10 orang untuk urusan produksi rumput laut skala menengah, lalu bagian administrasi 10, total SDM yang di perlukan sekitar 40 orang.
2. Modal
Dalam melakukan budidaya laut diperlukan modal yang tidak sedikit, sehingga diperlukan kejelian dan manajemen yang baik agar bisa mendapatkan modal yang cukup untuk melakukan budidaya laut, karena biasanya pihak yang meminjamkan modal ( bank, koperasi, swasta ) menginginkan proposal pengajuan modal yang real dan sesuai dengan apa yang akan dilakukan saat budidaya nanti
3. Jenis Organisme yang akan dibudidayakan
Jenis organisme yang akan dibudayakan adalah rumput laut jenis eucheuma sp, jenis ini sebelumnya sudah banyak di budidayakan oleh masyarakat, sehingga kita tidak usah lagi mencari refrensi tentang budidaya Euchema sp, cukup mengumpulkan data dari nelayan yang pernah berbudidaya jenis rumput laut ini.
4. LokasiTeknik / Metode
Penanaman metode Rakit Apung adalah metode yang tepat untuk budidaya rumput laut ini. Penanaman dengan metoda rakit ini menggunakan rakit apung yang terbuat dari bambu berukuran antara (2,5 x 2,5 ) meter persegi sampai (7 x 7) meter persegi tergantung pada kesediaan bahan bambu yang dipergunakan. Untuk penahanan supaya rakit tidak hanyut terbawa arus, digunakan jangkar sebagai penahanan atau diikat pata patok kayu yang ditancapkan di dasar laut . Pemasangan tali dan patok harus memperhitungkan faktor ombak, arus dan pasang surut air. Metoda rakit cocok untuk lokasi dengan kedalaman 60 cm.
•    Budidaya
1.    Monotoring organisme, bibit, alat rekonstruksi, lingkungan
Penyediaan benih Eucheuma sp relatif mudah, karena tersebar di sepanjang perairan pantai dan dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif.
Di dalam usaha budidaya bibit yang baik merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi, karena akan menyangkut segi pemasaran dan kelangsungan usaha budidaya itu sendiri, sehingga tidak akan merugikan petani/nelayan karena kandungan biota karagenan yang rendah diperlukan persyaratan bibit sebagai berikut :
1.    Mempunyai angka pertumbuhan harian baik, yang menyangkut masa panen produksi yang menguntungkan.
2.    Keadaan biologi yang baik sehingga mempunyai kadar kandungan yang karagenan yang tinggi yang nantinya akan merupakan jaminan pemasaran yang baik.
Ciri bibit yang baik :
1. Bibit tanaman harus muda
2. Bersih dan
3. Segar.
1.    Pembesaran
•    Pasca-Budidaya
1.    Panen
Setelah melakukan kegiatan budidaya rumput laut jenis Eucheuma sp, kegiatan panen merupakan kegiatan akhir dalam kegiatan budidaya ini dimana rumput laut siap dipanen pada umur 1 – 1.5 bulan setelah tanam.
Untuk panen budidaya rumput laut ini, rumpu laut harus dikeringkan terlebih dahulu, sehingga sebaiknya panen dilakukan pada pagi hari.Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan kualitas sebelum dijemur kembali keesokan harinya.(Anonim.2010)
2. Pasca Panen
Penanganan Pasca Panen
Penanganan pasca panen pada budidaya rumput laut ini meliputi pencucian, pengeringan, pembersihan kotoran atau garam (sortasi), pengepakan, pengangkutan, penyimpanan, serta pemasaran.
1.    Pencucian
Untuk rumput laut jenis Eucheuma sp dicuci dengan air laut sebelum diangkat kedarat.
2. Pengeringan
Pengeringan disini dilakukan dengan menjemur tanpa bantuan alat, hal ini dikarenakan lebih praktis dan murah.Rumput laut yang sudah dicuci dijemur di atas bamboo atau plastic sehingga tidak terkontaminasi oleh tanah maupun pasir.Pada kondisi panas matahari yang optimal, rumput laut akan kering dalam waktu 3-4 hari.Rumput laut tidak boleh terkena air tawar, baik air hujan maupun air embun.
3. Pembersihan Kotoran / garam (sortasi)
Dalam membersihkan kotoran yang masih menempel dilakukan Pengayakan menempel. Sortasi adalah pembuangan kotoran yang menempel dan rumput laut jenis lain yang tidak dikehendaki.
4. Pengepakan
5. Pengakutan
6. Penyimpanan
7. Pemasaran

Jenis-jenis Komoditas Budi Daya Pesisir dan Laut di Indonesia

Wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut, ke arah darat meliputi bagian daratan yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan ke arah laut mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang ada di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar serta daerah yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan.
Wilayah pesisir dan laut secara ekologi merupakan tempat hidup beberapa ekosistem yang unik dan saling berhubungan, dinamis dan produktif. Ekosistem utama yang umumnya terdapat di wilayah pesisir meliputi:
1.    Ekosistem mangrove
2.    Ekosistem lamun
3.    Ekosistem terumbu karang
Ekosistem ini saling berinteraksi membentuk suatu konektivitas dengan menjalankan fungsinya masing-masing.

Potensi
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan lautan yang sangat besar (Bengen, 2001). Luas wilayah perairan Indonesia sebesar 5,8 juta km2 yang terdiri dari 3,1 juta km2 Perairan Nusantara dan 2,7 km2 Perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) atau 70 persen dari luas total Indonesia.
Budidaya laut merupakan usaha budidaya yang pengembangannya berada dalam area terbatas. Biasanya dilakukan di daerah yang memiliki ketenangan arus. Budidaya laut seperti halnya pada budidaya air tawar dan air payau juga harus didukung dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung pembudidayaan. Selain memperhatikan ketenangan arus tertentu, juga memperhatikan tingkat salinitas, kejernihan air , pencahayaan dan kedalaman air lautnya.
 Volume produksi baik menurut komoditasnya ataupun menurut daerah penghasilnya secara nasional didominasi oleh produksi komoditas budidaya laut seperti rumput laut yang produksi mencapai hampir 2/3 dari total produksi nasional.
Walaupun masih kalah dibandingkan subsektor budidaya air tawar namun produksi budidaya laut tidaklah dapat dipandang sebelah mata. Apalagi jika melihat data produksinya yang hampir didominasi oleh rumput laut dari budidaya laut. Umumnya komoditas budidaya laut memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di pasaran baik dalam negeri maupun luar negeri. Pasar untuk komoditas budidaya laut pun masih sangat terbuka dan sebagian besar komoditas budidaya laut di ekspor keluar negeri dengan nilai jual yang cukup tingggi.

Jenis-jenis Komoditas Budidaya
Ada beberapa komoditas yang sudah dapat dibudidayakan dan dikembangakan oleh daerah-daerah yang ada di Indonesia, antara lain yaitu :
1. RUMPUT LAUT
Rumput laut adalah komoditas unggulan. Rumput laut selain dapat di budidaya di laut juga dapat dibudidayakan di air payau, namun jenisnya berbeda. Rumput laut yang sering dibudidayakan dan dikembangkan di perairan laut selama ini memiliki nama ilmiah Euchema cottonii. Sedangkan untuk jenis yang dibudidayakan di air payau adalah Gracilari sp. Rumput E. cottonii ini dikembangkan hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan rumput laut begitu cepatnya. Bahkan data tahun 2009 rumput laut E. cottonii hampir menembus 3 juta ton. Sentra budidaya rumput laut E cottonii terdapat di pulau Sulawesi terutama di provinsi Sulawesi selatan, Sulawesi tengah dan Sulawesi tenggara. Di luar pulau Sulawesi sentra budidaya rumput laut jenis ini terdapat di provinsi Nusa Tenggara Timur dan provinsi Jawa Timur. Geliat pengembangan budidaya rumput laut jenis ini sudah berkembang di luar pulau Sulawesi. Bahkan beberapa provinsi menunjukan peningkatan volume produksi yang cukup tinggi.


Gambar 1. Rumput laut
2. BANDENG
Bandeng adalah komoditas budidaya laut yang dapat juga dibudidayakan di tambak. Ikan ini memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dan memiliki rasa yang enak. Pada beberapa daerah ikan ini menjadi makanan khas daerah tersebut. Tidak banyak daerah yang membudidayakan bandeng di laut.
Berdasarkan laporan dari daerah-daerah yang sampai ke pusat melalui buku statistik provinsi hanya provinsi Bali dan Provinsi DKI Jakarta saja yang mengembangkan budidaya ikan bandeng di laut. Memang jika melihat sejarahnya ikan bandeng lebih dikenal sebagai ikonnya ikan budidaya tambak. Padahal ikan bandeng yang dibudidaya di karamba jaring apung di laut memiliki keunggulan yaitu tidak bau lumpur. Sementara bandeng yang ada di tambak biasanya berbau lumpur.

Gambar 2. Ikan bandeng
3. KERAPU
Sama halnya dengan ikan bandeng, ikan kerapu juga dapat dibudidayakan di tambak. Bedanya ikan kerapu lebih dikenal dan banyak dibudidaya di laut daripada di tambak. Kerapu memiliki tujuh genus yang dikenal di Indonesia, yaitu Aethaloperca, Anyperodon, Cephalopholis, Chromileptes, Epinephelus, Plectropomus, dan Variola. Dari ketujuh genus tersebut yang memiliki nilai komersial adalah genus Chromileptes yang diwakili oleh jenis kerapu bebek, Plectropomus diwakili oleh jenis kerapu sunu, dan Epinephelus yang diwakili oleh jenis kerapu macan. Ikan kerapu dibudidayakan hampir di seluruh daerah di Indonesia. Sentra budidaya ikan kerapu du laut terletak di provinsi Maluku, Sumatera Utara, Kepulauan Riau dan Lampung.

Gambar 3. Ikan Kerapu
4. KAKAP
Ikan kakap juga dapat dibudidayakan di laut dan di tambak. Kakap yang dibudidayakan ada dua jenis yaitu kakap putih dan kakap merah. Ikan kakap termasuk ikan yang memiliki toleransi cukup besar terhadap kadar garam. Ikan kakap juga merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis baika untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk pasar internasional. Budidaya ikan kakap di laut terdapat di provinsi DKI Jakarta , Kepulauan Riau dan beberapa daerah di Indonesia timur. Pada tahun 2009 produksi tertinggi kakap dihasilkan oleh provinsi kepulauan riau.

Gambar 4. Ikan Kakap
5. BERONANG
Ikan beronang memiliki nama ilmiah Siganus sp. Ikan ini sebenarnya cukup potensial untuk dikembangkan. Ikan ini termasuk ikan yang memiliki daging yang gurih dan disukai banyak orang. Sifatnya primary herbivor, suka memakan plankton dan makanan buatan. Ikan ini termasuk komoditas yang mudah dibudidayakan karena mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kadar garam dan tingkat suhu. Ikan ini di alam tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sementara lokasi budidayanya terletak di provinsi Kepulauan Riau, Papua dan Maluku berdasarkan laporan data statistik dari setiap provinsi yang ada di Indonesia.

Gambar 5. Ikan Baronang
6. TERIPANG
Teripang termasuk komoditas perairan laut yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Nama latinnya Holothuroidea. Teripang biasa disebut juga sebagai timun laut. Komoditas ini biasa ditemukan di daerah pasang surut air laut sampai dengan daerah laut dalam. Teripang yang dalam bahasa inggrisnya disebut sea cucumber, memiliki manfaat antara lain dapat dijadikan penyembuh luka, pencegah osteoporosis, anti kanker dan anti tumor serta dapat mengendalikan kadar gula darah. Sentra budidaya komoditas teripang sendiri terdapat di provinsi Maluku dan Papua.

Gambar 6. Teripang
7. KUWE
Ikan kuwe memiliki nama ilmiah Caranx sexfasciatus ini memiliki kebiasaan yang unik. Ia dikenal sebagai ikan yang senang bercengkerama dengan teman sebayanya. Ikan ini termasuk dalam golongan ikan predator yang hidup di daerah karang dangkal di perairan terbuka. Ikan yang tergolong sebagai ikan buas ini hidup dengan membentuk gerombolan. Ikan ini sudah dapat dibudidayakan. Daerah yang mengembangkan ikan kuwe sebagai ikan budidaya adalah provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua, Nusa Tenggara Timur dan sebagian provinsi yang ada di pulau Sulawesi.

Gambar 7. Ikan Kuwe
8. KERANG
Kerang termasuk komoditas laut yang sudah dapat dibudidayakan. Kerang masuk dalam kategori hewan bertubuh lunak atau mollusca walaupun ia memiliki cangkang yang kerang. Ada berbagai macam jenis kerang yang ada di perairan Indonesia. Namun kerang yang sering dibudidayakan antara lain adalah jenis kerang darah, kerang hijau dan abalone. Kerang merupakan komoditas dengan pangsa pasar yang masih sangat terbuka. Komoditas ini dikenal sebagai makanan dengan nilai eksklusif tinggi. Beberapa daerah yang mengembangkan budidaya kerang antara lain provinsi Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Gambar 8. Kerang
9. UDANG BARONG
Udang barong dikenal dengan nama lobster laut, mencari makanan pada malam hari dan suka tinggal di dalam lubang-lubang. Udang yang memiliki nama ilmiah Panulirus sp ini merupakan komoditas yang sangat potensial. Sama halnya dengan udang yang lain, komoditas ini memiliki nilai jual yang cukup lumayan. Komoditas yang memiliki nama inggris Spiny lobster ini, pembudidayaannya terdapat di provinsi Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Timur.

Gambar 9. Udang Barong
10. KEPITING

Gambar 10. Kepiting
11. IKAN HIAS

Gambar 11. Berbagai jenis ikan hias

12. TIRAM MUTIARA

Gambar 12. Tiram Mutiara

Referensi

Fitriani, shifa Dini, dkk. Budidaya Laut. http://ramalaut08.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 24 Mei 2011.
wahyudiisnan.blogspot.com/.../potensi-wilayah-pesisir-dan-lautan.html
http://photo.kontan.co.id/photo/2010/03/18/1963781554p.jpg
http://totototo.blogsome.com/images/bandeng.jpg
http://2.bp.blogspot.com/

TEKNIK SAMPLING


TEKNIK SAMPLING DAN PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN

A.    TEKNIK SAMPLING
Untuk menghindari kesalahan sampel diperlukan penggunaan teknik sampling yang tepat. Teknik sampling yang sering digunakan antara lain sampling seenaknya (kebetulan), sampling random sederhana, sampling kelompok, dan sampling sistematik.
Pemilihan teknik sampling harus berdasarkan dua hal; reliabilitas dan efesiensi. Sampel yang reliable adalah sampel yang memiliki reliabilitas tinggi. Hal itu berarti bahwa makin kecil kesalahan sampling, reliabilitas sampel yang diperoleh semakin tinggi. Sebaliknya, makin besar kesalahan sampling , reliabilitas sampel semakin rendah. Dikaitkan dengan varian nilai statistiknya berlaku criteria bahwa semakin rendah varian, reliabilitas sampel yang diperoleh semakin tinggi.
1.      Sampling seenaknya
Dalam teknik ini peneliti memanfaatkan subjek-subjek yang ada/ tersedia sebatas yang ditemukan tanpa rencana terlebih dahulu. Begitu anggota populasi ditemukan, anggota populasi itulah yang diambil sebagai sampel. Penggunaan teknik ini memeiliki kelemahan. Jaminan refresentatifnya rendah.
2.      Sampling pertimbangan
Penggunaan teknik ini didasarkan pada kenyataan bahwa sampel yang dipilih peneliti didasarkan pada pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut biasanya adalah pertimbangan permasalahan penelitian dan pertimbangan tujuan penelitian. Karena itu disebut juga sampling bertujuan (purposive).
3.      Sampling random sederhana
Penggunaan teknik ini bertolak dari prinsip bahwa setiap subjek dalam populasi memiliki kemungkinan yang sama menjadi anggota sampel. Teknik ini disebut juga teknik sampling random tak terbatas.
4.      Teknik sampling sistematik
Teknik ini lazim disebut teknik sampling random terbatas. Cara yang lazim digunakan adalah menentukan sampel pertama dengan undian lalu menentukan sampel-sampel berikutnya dengan jarak hitungan tertentu.
Symbol k menunjukkan jarak antara subjek dengan subjek berikutnya melahirkan sampling rasio, yakni sampling yang ditentukan oleh angka yang menunjukkan perbandingan antara sampel dan populasi. Contoh, jika dari 1000 subjek anggota populasi akan diambil 100 subjek sebagai sampel, maka k = 1000 : 100 = 10
5.      Teknik sampling random bertingkat
Teknik ini berlaku jika populasi berada dalam kelompok-kelompok yang disebut strata. Dalam setiap kelompok itu terdapat sekumpulan subjek yang kurang lebih homogen. Misalnya, anak usia prasekolah dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yakni anak usia 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun.
Praktik pengambilan sampel dapat diambil dengan teknik sampel random sederhana pada setiap kelompok strata. Sampel akhir diperoleh dengan menggunakan sub-sub sampel dari semua kelompok.
Dalam teknik ini juga berlaku penggunaan sampling ratio untuk menghasilkan proporsi yang diperlukan. Sampel yang diambil dengan cara ini dikenal dengan nama sampel berstrata proporsional.
6.      Teknik sampling kelompok
Teknik ini berlaku jika subjek berada dalam kelompok-kelompok (tak berstrata) atau kluster dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Pemilihan sampel secara random dari kelompok-kelompok subjek dalam populasi
b.      Mengambil semua subjek yang tercakup dalam kelompk yang terpilih sebagai anggota sampel.
Pada teknik ini berlaku prinsip bahwa perbedaan antara kelompok atau kluster dibuat seminimal mungkin, sedangkan perbedaan subjek dalam kelompok atau kluster dibuat semaksimal mungkin. Dengan kata lin, kelompok atau kluster merupakan miniature-miniature dari populasi. Jika keadaan itu terpenuhi, pengambilan sebuah kluster saja dapat dianggap cukup mewakili seluruh populasi.

B.     PENGEMBANGAN INSTRUMENT PENELITIAN
Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau mencapai tujuan penelitian.
Dalam penentuan instrument diperlukan adanya pemilihan antara penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif menggunakan manusia atau penelitian sebagai instrument.
1.      Jenis instrument penelitian
Secara garis besar instrument penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: kuesioner, tes, inventori, dan pedoman observasi.
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang dalam bidang tertentu. Inventori dapat diartikan sebagai instrument yang digunakan untuk mengetahui karakteristik (psikologis) tertentu dari individu. Sedangkan kuesioner adalah instrument yang digunakan untuk menjaring data yang sifatnya informative- factual (fakta konkrit). Misalnya, data tentang umur, tingkat pendidikan. Sementara pedoman pengamatan (observasi) adalah instrument yang dipakai sebagai alat bantu dalam melakukan observasi terfokus.
Karena kuesioner digunakan untuk menjaring data informative-faktual, maka uji validitas secara emperik tidak dapat dilakukan. Sehingga, tingkat reliabilitas instrument yang berupa kuesioner tidak dapat diestimasi menggunakan pendekatan statistic. Begitu juga dengan instrument pedoman observasi.
Sebaliknya, butir pertanyaan/ pernyataan di dalam tes dan inventori wajib diuji reliabilitas dan validitasnya secara empiric.

2.      Uji Instrumen
Instrument penelitian yang akan digunakan dalam melaksanakan pengumpulan data harus diuji terlebih dahulu, terutama untuk instrument pada penelitian eksperimen. Uji instrument dapat dilakukan dengan menguji validitas dan reliabilitas instrument.
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Ancok, 1985: 122). Atau dalam bahasa Indonesia validitas disebut sebagai “kesahihan” (Uno, 2008: 103).
Jenis validitas ada beberapa macam menorot penggolongan para pakar, yaitu:
a.       Validitas isi
b.      Validitas konstruksi
c.       Validitas deskriftif
d.      Validitas eksternal, dan
e.       Validitas rupa
Dan ada satu validitas yang penting untuk penelitian di Indonesia, yaitu validitas budaya (Ancok,1985: 124).

Cara menguji validitas
Langkah 1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
Langkah 2. Melakukan ujicoba skala pengukur pada sejumlah responden
Langkah 3. Mempersiapkan table tabulasi jawaban.
Langkah 4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi “product moment”.
Angka yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik Tabel korelasi nilai – r.

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas memperlihat konsistensi pada hasil pengukuran.
Ada beberapa teknik menghitung indeks reliabilitas, yaitu: teknik pengukuran ulang, teknik belah dua, dan teknik parallel.


DAFTAR PUSTAKA
Moehnilabib, M, dkk. 1997. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Malang: Lembaga Penelitian IKIP Malang.
Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Uno, Hamzah B,. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Singarimbun, Masri. 2008. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.