TESIS
PERBANDINGAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA
Diajukan
kepada Program Pascasarjana Universitas Mataram untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam memperoleh Gelar Magister Pendidikan
pada Program Studi Magister Pendidikan IPA
OLEH
:
MULYADI
I2E
010 020
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MATARAM
2012
BAB V
PEMBAHASAN
Ada
beberapa cara menerapkan PBM dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model
PBM dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari
pemecahannya oleh siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau mungkin
juga diberikan oleh pengajar. Siswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar
masalah tersebut, dengan kata lain siswa belajar teori dan metode ilmiah agar
dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya.
5.1 Hasil Belajar Ranah Kognitif
Berdasarkan
analisis data, gambaran umum hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran
berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada materi
fluida. Sedang peningkatan hasil belajar kognitif tiap submateri untuk kelas
PBM siswa memperoleh skor tertinggi pada submateri tegangan permukaan, dan skor
terendah pada submateri persamaan kontinuitas , sedangkan untuk kelas TPS skor
tertinggi pada submateri tegangan permukaan dan skor terendah pada submateri
persamaan kontinuitas.
Tingginya
skor tegangan permukaan untuk kedua kelas karena siswa dalam pembelajaran
sangat antusias dan bersemangat dalam belajar hal ini dapat terjadi karena pada
submateri siswa sudah sangat lancar dalam melakukan percobaan, sehingga dalam
menjawab soal-soal tidak terlalu sulit karena sudah dipraktekkan. Sedangkan
untuk submateri persamaan kontinuitas siswa memperoleh skor terendah untuk
kedua kelas karena siswa sangat sulit mengubah satuan yang ada ke dalam satuan
internasional.
Peningkatan
hasil belajar ranah kognitif pada kelas PBM dimungkinkan karena pembelajaran
berbasis masalah merupakan pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa dengan
menyajikan suatu permasalahan, kemudian siswa diminta untuk mencari
pemecahannya melalui serangkaian kegiatan dan investigasi berdasarkan teori,
konsep dan prinsip yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran berbasis masalah guru
bertindak sebagai fasilitator bukan sebagai pemberi informasi, siswa aktif
membangun konsep-konsep yang baru melalui masalah yang harus dipecahkannya.
Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk mengidentifikasi
masalah, mengeksplorasi permasalahan dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan
yang dibutuhkan untuk menjawab masalah, kemudian siswa menentukan apa yang akan
dilakukan untuk mencari informasi dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka
munculkan.
Hal
tersebut sejalan dengan pandangan yang dikemukakan oleh Bern dan Erickson
(dalam Komalasari, 2010), bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan
strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan
mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.
Selanjutnya Lambors (dalam Nurhasanah, 2007) mengatakan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran dari siswa sebagai
penerima informasi yang pasif menjadi pebelajar yang aktif, pebelajar yang
mandiri dalam memecahkan masalah, dan meningkatkan program pendidikan dari
mengajar ke pembelajaran. Sedangkan Ibrahim dan Nur (2005) mengatakan bahwa
pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang
digunakan untuk meransang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang
berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya bagaimana belajar
dalam belajar.
5.2 Hasil Belajar Ranah Afektif
Dari analisis
data penelitian untuk hasil belajar ranah afektif kelas PBM mengalami
peningkatan dibandingkan dengan kelas TPS. Sedangkan hasil belajar ranah
afektif untuk tiap-tiap indikator menunjukkan bahwa untuk semua indikator
ranah afektif pada kelas PBM mengalami peningkatan dan semua berkatagori sedang.
Apabila dilihat berdasarkan N-gain yang dinormalisasi maka indikator yang
tertinggi yang dicapai siswa kelas PBM adalah pada indikator konsep diri. Hal ini terjadi karena pada saat
diskusi kelas cepat memahami materi yang dipelajari dibandingkan dengan kelas
TPS. Pada kelas TPS indikator yang tertinggi yang dicapai siswa
adalah pada indikator nilai, hal ini terjadi karena pada diri siswa
kurang yakin dalam mengikuti pelajaran fisika dibandingkan kelas PBM. Sedangkan
skor terendah pada kelas PBM
adalah pada indikator nilai pada kelas TPS skor terendah pada indikator sikap. Walaupun kelas PBM memiliki skor
terendah pada indikator nilai siswa memiliki keyakinan pada diri mereka bahwa
dengan belajar dapat membentuk karakter yang positif.
Dari data
di atas secara umum juga terlihat bahwa pembelajaran berbasis masalah untuk
hasil belajar ranah afektif mengalami peningkatan yang signifikan dari sebelum
pembelajaran diberikan. Hal ini dimungkinkan terjadi karena pada kelas pembelajaran berbasis masalah
peran guru adalah mengajukan masalah atau mengorganisasikan siswa pada masalah
yang autentik, yaitu kehidupan nyata sehari-hari, membimbing penyelidikan, misal
melakukan pengamatan atau melakukan percobaan, memfasilitasi dialog siswa dan
mendukung belajar siswa, Ibrahim dan Nur (2005).
Tingginya
skor tes akhir pada kelas PBM dibandingkan dengan kelas TPS dengan analisis
statistik uji t menunjukkan bahwa kelas
PBM dikembangkan untuk membantu siswa dalam berpikir yang merupakan perilaku
yang melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Ada 5 (lima) tipe karakteristik
afektif yaitu sikap, minat, konsep diri dan moral. Menurut Lewin (dalam
Andersen,2001) perilaku seseorang merupakan fungsi dari watak dan karakter
lingkungan saat perilaku atau perbuatan ditampilkan. Jadi perilaku atau
perbuatan seseorang ditentukan oleh watak diri dan lingkungan. Oleh karena ranah
afektif termasuk perilaku atau perbuatan seseorang, sehingga perilaku dapat
berubah setiap saat seiring dengan perubahan kondisi lingkungan pada saat itu.
Hal ini
didukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Eddy Supramono (2011) menunjukkan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap hasil belajar fisika,
sedangkan Septia Nurlaella (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa. Sedangkan Sudarman (2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa problem
Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar.
5.3 Sikap Ilmiah Siswa
Analisis
data penelitian menunjukkan adanya peningkatan sikap ilmiah siswa setelah
pembelajaran berbasis masalah diberikan. Sedangkan untuk sikap ilmiah tiap-tiap
indikator menunjukkan
bahwa untuk semua indikator sikap ilmiah pada kelas PBM mengalami peningkatan
dan semua berkategori sedang. Apabila dilihat berdasarkan N-gain yang
dinormalisasi maka indikator yang tertinggi yang dicapai siswa kelas PBM dan
kelas TPS adalah pada indikator jujur, hal ini dimungkinkan terjadi karena
siswa bekerja berdasarkan pengalaman yang mereka jalani dalam kehidupan
sehari-hari.
Peningkatan
sikap ilmiah yang terjadi dengan pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan
karena siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang harus dipecahkannya. Untuk
memecahkan masalah siswa melakukan kerja ilmiah seperti mengumpulkan data,
melakukan eksperimen, melakukan pengamatan, interpretasi data sampai pada
pengambilan keputusan. Sehingga dengan kerja ilmiah yang dilakukan siswa selama
pembelajaran dapat menumbuhkan sikap ilmiah. Untuk mengumpulkan data atau
informasi siswa perlu mengembangkan sikap ingin tahu. Untuk mempersiapkan karya
yang baik siswa perlu bekerjasama. Hal ini sesuai dengan pendapat Akinoglu
& Tandagon (2006) bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu
pembelajaran aktif yang memungkinkan siswa untuk peduli dan saling berbagi
diantara sesama mereka dalam memecahkan masalah dan pembelajaran yang mereka
butuhkan.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah (2007) mengatakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa, Rusmana (2007)
mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan sikap ilmiah
siswa, Karim (2007) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan pengusaan konsep dan sikap ilmiah siswa.
Dalam
pelajaran fisika, sikap ilmiah ini tercermin dengan keinginan siswa untuk
mengetahui darimana suatu konsep, hukum atau rumus fisika itu diperoleh, dan
bagaimana konsep, hukum atau rumus tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Selain keingintahuan siswa mempelajari suatu, sikap ilmiah siswa
juga tercermin dari tindakan kejujuran, berpikir logis, bekerjasama dalam
belajar. Misalnya dalam mengerjakan suatu soal, siswa harus bisa mengemukan
pendapatnya secara logis. Kekritisan siswa dalam mempelajari sesuatu juga
sebagian dari sikap ilmiah, sehingga dalam mengemukakan pendapat antar sesama
siswa selalu mengkritisi satu sama lain.
5.4 Hubungan Hasil Belajar dengan Sikap Ilmiah
Berdasarkan
hasil analisis data hubungan sikap ilmiah dan hasil belajar (kognitif dan
afektif) terdapat hubungan yang signifikan, ini dapat dilihat dari nilai r
hitung yang didapatkan lebih besar dari nilai r tabel. Hal ini dapat terjadi
karena sikap siswa tentang pembelajaran sudah cukup bagus, ini dapat dilihat
dari kedisiplinan dan kerjasama dalam memecahkan suatu masalah. Dalam proses kedisiplinan
dan kerjasama siswa belajar berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan
perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap, Purwanto (2010). Perubahan itu
diperoleh melalui usaha bukan karena kematangan.
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Duri Dyah Purwaningsih (2007) pada pembelajaran
matematika menujukkan bahwa ada pengaruh yang positif sikap ilmiah dan hasil
belajar. Sedangkan Prima Emirianti (2005) dalam penelitiannya terhadap
mahasiswa teknik sipil, menunjukkan bahwa sikap ilmiah memberi pengaruh yang
positif terhadap hasil belajar.
Dalam
pelajaran fisika hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan, dalam
penelitian ini membuktikan bahwa siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya
dengan keingintahuan siswa untuk mengetahui darimana suatu konsep, hukum atau
rumus fisika itu diperoleh. Jadi dalam hal ini belajar fisika guru tidak boleh
memaksakan kehendaknya kepada siswa, tetapi guru hendaknya membantu siswa untuk
tetap bersemangat agar hasil belajar dan sikap ilmiah tertanam dalam diri
siswa. Dengan demikian siswa akan leluasa belajar khususnya fisika. Guru
seharusnya memberikan kepercayaan kepada siswa untuk mengembangkan idenya dalam
menemukan sebuah konsep sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan, hal tersebut
sangat mempengaruhi sikap ilmiah siswa dalam belajar.
5.5 Kelebihan
dan kekurangan
Kelebihan
yang ada pada pembelajaran berbasis masalah dari penelitian yang sudah
dilakukan siswa sangat antusias, disiplin terhadap waktu yang sudah disepakati,
bersemangat baik dalam hal orientasi siswa untuk belajar, melakukan percobaan,
membuat laporan dari hasil diskusi untuk dipresentasikan di depan kelas, hal
ini dimungkinkan karena siswa pada awalnya diberi permasalahan untuk dipecahkan
sebelumnya, sedangkan untuk kelas TPS kelebihan yang ada dalam penelitian ini
adalah hubungan kerjasama dalam tugas, keterampilan dalam berbagi pengetahuan,
keterampilan kelompok dalam mengerjakan tugas sudah sangat bagus..
Sedangkan
kelemahan yang ada dalam kelas pembelajaran berbasis masalah dalam penelitian
ini adalah siswa kurang dalam hal menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Untuk kelas TPS kelemahan yang ditemukan adalah siswa kurang
dalam berpikir untuk mengemukan pendapat dalam penyelesaikan masalah dan
masalah waktu belajar pada jam terakhir yang tidak bisa diatur untuk masuk jam
pertama seperti kelas PBM hal ini sangat berpengaruh kepada siswa.
Dari
kelemahan yang ada pada model pembelajaran berbasis masalah dan model
kooperatif tipe think-pair-share bisa
menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya guna memperbaiki kekurangan yang
ditemukan dalam penelitian ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar