Kamis, 30 Juni 2011

Kudis

KUDIS (SCABIES)

Puluhan anak di perkampungan tradisional Senaru, Desa Senaru, Bayan Kabupaten Lombok Utara terserang penyakit kulit (Lombok Post, 30 April 2011). Penyakit tersebut dikenal masyarakat dengan nama Koreng atau Kudis. Sebaran di kulit semakin meluas dan jumlah penderitanya pun bertambah banyak dari waktu ke waktu.
Penyakit kulit ini sudah berlangsung selama empat bulan hingga dimuat media massa. Bukan hanya kali ini saja penyakit ini muncul di Senaru. Koreng ternyata seringkali menjangkiti. Bahkan menyerang perkampungan tradisional lainnya, yaitu Desa Loloan Kecamatan Bayan.
Koreng atau kudis adalah salah stu jenis penyakit kulit yang sering ditemukan di tengah masyarakat. Kudis pada awalnya muncul pada kulit tangan atau kaki. Kemudian menjalar ke wilayah kemaluan.
Kulit sebagai jaringan terluar tubuh berperan penting memproteksi tubuh dari bahaya kondisi lingkungan. Letaknya yang berada paling luar dari tubuh kita, kulit rentan terpapar oleh berbagai macam kondisi yang tak menguntung, baik bagi kulit sendiri maupun bagi tubuh secara keseluruhan.
Luas permukaan kulit manusia sekitar 1,5 sampai dengan 2 meter persegi dan dengan ketebalan 1 sampai dengan 4 milimiter, sesuai dengan letaknya.
Berikut adalah gambar penampang kulit normal.

Secara umum, kulit dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan (hypodermis). Ketiga lapisan ini memiliki anatomi dan fisiologis berbeda-beda. Lapisan epidermis sebagai lapisan terluar terdiri atas tiga macam sel yang sensitive dan resisten. Sel-sel pada lapisan epidermis kulit adalah keratonosit, melanosit, dan sel-sel Langerhans. Lapisan ini kedap air, tidak memiliki pembuluh darah, namun limfe bersirkulasi dalam ruang interselular.
Sedangkan lapisan dermis dipenuhi jaringan fibrosa dan kolagen. Dapat diidentifikasi 2 lapisan : yang pertama mengandung akhiran saraf sensorik, pembuluh darah dan limfatika ; yang kedua mengandung serat kolagen, serat elastik, glandula sebasea, glandula sudorifera, folikel rambut dan muskulus arrektor pilli.Sementara lapisan subkutan yang merupakan zona transisional antara kulit dan jaringan adipose di bawahnya, berisi jaringan lemak yang resisten terhadap rangsangan temperature, nyeri, gatal, dan rabaan ringan.
Anatomi Penyakit
Kudis atau yang juga dikenal dengan Scabies disebabkan oleh Sarcoptes scabei. Sarcoptes scabei adalah tungau berbentuk hampir bulat dan berkaki 8. Tungau ini hidup di lapisan epidermis. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Daur hidup tungau ini dari telur hingga menjadi dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 17 hari.
Sarang tungau ini banyak ditemukan pada lipatan antara jari-jari pada tangan atau kaki, pada genitalia, dan juga muka bayi. Tempat-tempat ini biasanya didapati sebagai lokasi awal kemunculan Scabies.
Pertama-tama, penderita kudis akan mengalami gatal-gatal kemerahan pada lokasi-lokasi tersebut. Ini akibat Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu. Garukan yang menyebabkan pendarahan akan mempermudah pemencaran tungau ke bagian kulit yang lain atau tertular ke orang lain lewat kontak langsung atau tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah digunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau Sarcoptes-nya. Kemudian akan muncul tonjolan atau bisul bernanah.

Pencegahan dan Pengobatan
Penyebab Scabies adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit scabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama, seperti pada permukiman tradisional di Bayan.
Tidak ada vaksin untuk kudis sehingga pencegahan harus dilakukan melalui menghindari infeksi. Seluruh pihak yang berada dekat dengan penderita perlu diobati pada waktu bersamaan, walaupun belum ada gejala. Pakaian, handuk, seprai dan barang-barang yang bersentuhan dengan kulit sebaiknya dicuci dan disetrika untuk mencegah penularan.
Sementara pengobatan scabies dapat dilakukan dengan mandi shower dengan air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl Trichloroetan). Pengobatan lain adalah dengan mengolesi salep yang mempunyai daya miticid baik dari zat kimia organik maupun non organik pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan dan didiamkan selama 10 jam.
Alternatif lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan antiparasit, tetapi pemakaian sabun sulfur tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi kering. Pengobatan scabies harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang scabies agar tidak tertular kembali penyakit scabies.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar