Jumat, 28 September 2012

Sepotong Catatan Reflektif Detik-detik Pemberangusan Gerakan Mahasiswa di Universitas Mataram


Bismillahirrahmanirrahiim
Catatan ini saya mulai dengan mengucapkan syukur kepada Allah swt yang telah menganugerahkan kemampuan yang luar biasa dan sempurna kepada makhluk ciptaan-Nya yang bernama manusia. Shalawat dan salam kepada Rasul allah Muhammad saw.
Catatan pendek ini akan mengupas tentang silang sengketa yang berlangsung terus menerus di dalam kampus antar dua kelompok dominan yang hingga kini terus berlanjut. Keinginan ini bermula semenjak konflik horizontal ini semakin mengerucut yang berujung pada konflik konfrontatif antara dua kelompok mahasiswa tersebut dan rektorat di satu sisi lainnya.
Secara gamblang, perseteruan ini melibatkan kelompok-kelompok mahasiswa yang secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu kelompok mahasiswa berideologi kiri-sekuler dan kelompok mahasiswa Islamis.
Antara Kiri dan Kanan
Stigma negative tentang golongan kiri di tengah kelompok mahasiswa non-aktivis yang mayoritas sering menjadi bahan pencitraan oleh kelompok Islamis yang suka disebut golongan kanan.
Kelompok mahasiswa kiri adalah aliansi dari berbagai kelompok mahasiswa yang kontra dengan kelompok Islamis. Beberapa kelompok yang sering dikaitkan sebagai golongan kiri di dalam kampus adalah UKM HMP2K, UKM WMPM, UKM MEDIA, UKM KSR-PMI, UKM FOKUS, UKM KOPMA, HIMATEKTA, BEM FKIP, BEM MIPA, BEM FT, dan beberapa kelompok diskusi mahasiswa baik yang secara formal maupun informal terkait dengan organisasi mahasiswa luar kampus, semisal SMI, FMN, GMNI, bahkan HMI dan PMII, dua organisasi yang secara eksplisit menyebut identitas ke-Islam-annya.
Sementara kelompok kanan di dalam kampus hanya direpresentasikan oleh UKM LDK, UKM Statement, UKM Prima, Majelis Taklim Fakultas, dan beberapa kelompok diskusi; yang kesemuanya berafiliasi dengan salah satu organisasi mahasiswa muslim terbesar, yaitu KAMMI.
Pertanyaan mendasar kita adalah kenapa Kiri dan Kanan? Pertanyaan yang harus dikontekskan. Karena tanpa konteks persoalan kiri dan kanan hanya akan berakhir pada persoalan polarisasi buta yang menyesatkan. Jika merujuk pada asal muasal istilah kiri-kanan paska revolusi Prancis, maka kiri adalah kelompok penentang borjuasi sementara kanan adalah sebaliknya. Lalu jika dikaitkan dengan ideology, yang menguat semenjak era pertentangan kapitalisme dan sosialisme, maka kiri adalah pengikut Marxisme sedangkan kanan adalah sebaliknya. Dan yang terakhir jika merujuk pernyataan Rizal Malarangeng, maka kiri adalah pengusung agenda perubahan sementara kanan diidentikkan dengan para pendukung status-quo. Lalu manakah kiri dan kanan dalam konteks pertentangan dan pengelompokan kekuatan di dalam kampus?
Kelompok kanan, sebagai akibat ikutan paska tragedy 30 September 1965, masih tidak toleran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan Marxisme; yang kadang selalu diidentikkan dengan komunisme. Padahal jika kita memahami ajaran Soekarno, Hatta dan para pendiri bangsa ini mendasarkan cara-cara berpikirnya dengan cara Marxisme yang dikontekskan dengan ke-Indonesia-an. Bahkan tokoh Islam sekaliber HOS Cokroaminoto bersimpati kepada Marxisme.
Independensi dan Subordinasi
Pada catatan berikut ini, saya akan menjelaskan bagaimana kedua kelompok ini bisa bertentangan begitu keras. Jika boleh saya simpulkan terlebih dahulu, ini bermula dari kecurigaan-kecurigaan yang hingga kini belum terkonfirmasi secara resmi dan tegas. Meskipun di satu sisi kecurigaan-kecurigaan tersebut di dasarkan atas berbagai asumsi-asumsi awal atas beberapa keterkaitan. Kecurigaan ini terfokus soal independensi kelompok mahasiswa dengan kekuatan politik di luar kampus.
Keberadaan UKM-UKM yang memiliki legalitas dimanfaatkan oleh aktivis-aktivis mahasiswa sebagai saluran ekspresi politik di dalam kampus. Jika di zaman Orde Lama, beberapa organisasi mahasiswa berafiliasi dengan partai politik tertentu, misalnya HMI dengan Masyumi, GMNI dengan PNI. Maka pada zaman Orde Baru yang mengupayakan depolitisasi kampus, organisasi mahasiswa tidak lagi secara eksplisit mendukung salah satu kekuatan politik, bahkan organisasi mahasiswa “dibui” dalam organisi kepemudaan tunggal yang dikontrol Negara.

…………………………………………….
Mataram, 14 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar