KE-MEDIA-AN
Visi UKPKM
MEDIA UNRAM adalah sebagai pengemban Idealisme Mahasiswa melalui Pers (Pasal 5 Peraturan Dasar Organisasi UKPKM
MEDIA UNRAM).
UKPKM MEDIA
UNRAM bertujuan (Pasal 7 Peraturan Dasar
Organisasi UKPKM MEDIA UNRAM):
- Mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sesuai dengan Pasal 28 E ayat 2 dan 3 UUD 1945.
- Mengarahkan dan mengupayakan pendapat umum di kalangan mahasiswa dan masyarakat dengan lebih berorentasi sosial, bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara.
Ke-Media-an berarti hal-hal yang bersinggungan dengan gerak
langkah Media sebagai organisasi yang inheren memiliki identitas, pandangan, dan
nilai-nilai.
Setiap organisasi atau komunitas di tengah-tengah masyarakat
memiliki cirri dan karakter tertentu yang membedakannya dengan organisasi atau
komunitas lainnya. Inilah yang dikenal sebagai identitas. Identitas dapat
diungkapkan lewat berbagai cara, baik nilai, aturan, sikap, ataupun yang hal-hal
yang simbolik.
Media sebagai sebuah organisasi membatasi dan memberikan warna
identitas tersendiri bagi setiap anggota yang terhimpun di dalamnya. Menjadi
anggota Media berarti memahami dan mematuhi setiap nilai, norma dan aturan yang
disepakati bersama, baik yang diatur secara tertulis ataupun tidak tertulis.
Sebagaimana kelompok jurnalis pada umumnya, sifat-sifat
jurnalis mahasiswa begitu kental. Ini tidak terlepas dari independensinya dari
pengaruh arus politik mana pun. Meskipun sejatinya, jurnalis atau pers
mahasiswa selalu berpihak. Keberpihakanannya bukan kepada penguasa, partai
politik, atau kelompok kepentingan tertentu yang menindas. Keberpihakan pers
mahasiswa adalah kepada kelompok tertindas, kaum miskin, dan kelompok tersisih
lainnya.
Yang sangat perlu untuk ditonjolkan oleh seorang jurnalis
mahasiswa adalah sifat keterbukaan (inklusif) dan rasa tanggungjawab (sense
of responsibility) untuk secara aktif melakukan perubahan dengan ikut
berperan serta merubah dan mengembangkan opini
public melalui produk jurnalistik yang dihasilkan. Majalah, koran, harian
atau setiap produk jurnalistik lainnya; tak akan pernah memiliki gigi jika
tidak dihajatkan untuk sebuah perubahan. Karena untuk disegani dan ditakuti
oleh penguasa atau kelompok penindas, pers mesti bergigi, tidak ompong apalagi
impotent.
Keterbukaan memiliki dimensi tersendiri terhadap suatu
kelompok. Keterbukaan dapat dimaknai sebagai sebuah upaya menghilangkan
sekat-sekat pemisah antara kami dan kalian. Semua orang dari berbagai unsure
asal-usul, agama, ras, suku, kelompok kepentingan; diperlakukan sama, sebagai
seorang manusia yang harus dihargai dan dihormati atas dasar-dasar kemanusiaan.
Sikap ini membuka ruang komunikasi yang hangat antara jurnalis mahasiswa dengan
berbagai kelompok mahasiswa. Sehingga jurnalis mahasiswa dapat diterima di
semua kalangan.
Keterbukaan juga dapat didefinisikan sebagai sebuah semangat
pencarian yang tak henti-henti untuk belajar dan mencari kebaikan dan kebenaran
dari berbagai muasal dan sumber. Sebab kebenaran itu bukan monopoli satu
kelompok agama, suku, bangsa, atau kelompok politik. Sehingga jurnalis
mahasiswa adalah manusia-manusia yang terbuka dari ilmu dan kritik. Kritik
dipandang sebagai cermin diri dan juga asah untuk perkembangan mentalitas,
karakter, dan intelektualitas.
Anggota organisasi pers adalah orang-orang yang secara
pemikiran dan intelektual serta sosial memiliki keterbukan (inklusif) dan
independensi. Ini memungkinkan control sosial dapat dilakukan dengan bebas,
tanpa kompromi (nonkooperasi), dan tidak pilih kasih.
Kritisme anggota dapat pula menjadi
identitas tersendiri bagi anggota organisasi pers. Kritisme lahir dari rasa
ingin tahunya yang tinggi terhadap berbagai macam persoalan dan
kemungkinan-kemungkinan. Seorang jurnalis mahasiswa jika berhadapan dengan suatu
keadaan yang diyakini abnormal (tidak ideal) atau bertolak belakang dengan hati
nuraninya, ia mengambil peran untuk melakukan perubahan sesuai dengan kondisi,
pola yang dianggap tepat dan ideal. Karena tugas utama pers adalah menjadi
pengontrol. PK Ojong pernah menulis jika tugas pers bukanlah untuk menjilat
yang berkuasa tetapi untuk mengkritik mereka yang berkuasa.
Insan-insan pers selalu memperjuangkan
kebebasan dan menolak tegas setiap bentuk pengekangan terhadap kebebasan
sebagai fitrah kemanusiaan. Pers harus bebas mengkritik, bebas menuduh asalkan
memiliki bukti dan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan, demi kepentingan umum.
Di sinilah dituntut keberanian itu.
Tidak ada pers yang mampu menjalankan
fungsi-fungsinya jika kebebasan berserikat, berkumpul, mengeluarkan pendapat
dikekang oleh penguasa. Pers yang bebas dan efektif menjalankan fungsinya hanya
dijumpai di negara-negara demokratis. Maka untuk itu jurnalis mahasiswa harus
menjadi kelompok terdepan sebagai penjaga dan pengawal setia demokrasi dan
kemanusiaan (HAM).
Sifat pemberani harus dimiliki oleh
seorang insan pers. Berani menyerang secara frontal, menelanjangi ketidakbecuasan
dan penyelewengan birokrasi. Ia berani mengatakan kebenaran sebagai kebenaran
dan kesalahan sebagai kesalahan. Karena Kebenaran merupakan salah satu tujuan besar yang dicanangkan oleh nenek
moyang segala bangsa dan menjadi cita-cita tiap filosofi dan seterusnya.
Pers harus menjadi wadah pergerakan
progressif sosial masyarakat khususnya masyarakat terdidik dalam kampus. Pers
harus dijiwai sebagai alat perjuangan untuk membongkar setiap penyelewengan,
penindasan, pengabaian yang dilakukan alat kekuasaan (negara) terhadap hak-hak
rakyat.
Kriteria terpenting atau prasyarat setiap
perjuangan gerakan mahasiswa, apa pun bentuknya, yang menjadi ukuran
terpenting adalah rakyat.
Selain itu setiap anggota yang mengatasnamakan diri sebagai
bagian dari organisasi dan keluarga
besar UKPKM MEDIA diharapkan dapat memiliki mental-karakter sebagai berikut :
Paham (Profesional): meyakini dan memahami status dan
peran sebagai aktivis mahasiswa yang berlandaskan idealisme mahasiswa yang jauh
dari kepentingan pribadi dan kekuasaan.
Ikhlas : keikhlasan yang tercermin dari ucapan dan
perbuatan yang semata-mata dilandasi keinginan luhur sebagai intelektual
Amal : setiap perbuatan, perkataan, dan sikap yang
ditunjukkan adalah dari apa yang telah dipelajari
Berjuang :tahapan perjuangan yang harus dilakukan yang
pertama dengan hati (cinta dan kasih), dengan lisan, tulisan, dan kekuasaan.
Pengorbanan : untuk mencapai tujuan perlu adanya
pengorbanan baik dengan harta, jiwa, waktu, kehidupan dan segala yang
dimilikinya. No sacriface is waste. Tidak ada pengorbanan yang sia-sia
(Soekarno).
Loyal : melaksanakan segala aturan dan norma serta
keputusan organisasi atas dasar kesadaran diri.
Bersungguh-sungguh : bersungguh-sungguh pada jalan yang
mengantarkan pada tujuan.
Solidaritas : kebersamaan dalam menanggung segala
konsekuensi setiap putusan organisasi menjadi tanggung jawab bersama. Sama
rata, sama rasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar